Rabu, 12 Mei 2010

perkembangan remaja berdasarkan aspek psikologis di SMAN 1 MOJOSARI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan mahluk ciptaan Allah SWT yang pada dasarnya memiliki potensi yang sama. Penggunaan akal potensi-potensi tersebut yang kemudian menjadi patokan perkembangan seseorang untuk hari-hari ke depan orang tersebut. Perkembangan manusia meliputi perkembangan fisik dan non-fisik. Perkembangan fisik dapat berupa perkembangan organ-organ tubuh dan perkembangan tubuh secara menyeluruh. Sedangkan perkembangan dari segi non-fisik dapat berupa perkembangan kejiwaan seseorang atau pemikiran dan karakternya.
Perkembangan yang dialami oleh manusia pada dasarnya sama, akan tetapi dari waktu ke waktu perkembangan tersebut selalu diiringi dengan fenomena tertentu. Salah satunya perkembangan yang dialami oleh manusia adalah masa remaja. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, bukan masa transisi yang selama ini digaungkan. Karena mereka dicap tengah mengalami kegamangan, akibatnya, sebagian remaja yang sewaktu kanak-kanak telah dididik dengan baik oleh orangtuanya merasa perlu mencari identitas baru, identitas yang berbeda dari yang mereka miliki sebelumnya. Apa akibatnya? Ada remaja kita yang terjebak dalam arus coba-coba. beberapa remaja putri mencoba berbagai dandanan, make up dan aksesoris yang menyeret mereka pada perilaku konsumtif dan kecenderungan tabarruj, sementara yang putra mulai membolos sekolah dan merokok.
Beberapa mencandu narkoba dan bergaul terlalu bebas. Setiap tahap perkembangan manusia biasanya dibarengi dengan berbagai tuntutan psikologis yang harus dipenuhi, demikian pula pada masa remaja. Sebagian besar pakar psikologi setuju bahwa jika berbagai tuntutan psikologis yang muncul pada tahap perkembangan manusia tidak berhasil dipenuhi, maka akan muncul dampak yang secara signifikan dapat menghambat kematangan psikologisnya di tahap-tahap lebih lanjut. Fenomena-fenomena tersebut kemudian mendorong peneliti untuk melakukan pengamatan dan penggalian lebih dekat mengenai perkembangan yang dialami oleh manusia khususnya pada fase remaja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian remaja?
2. Apa saja aspek-aspek perkembangan pada masa remaja?
3. Apa saja ciri-ciri masa remaja?
4. Bagaimana tugas-tugas perkembangan remaja berdasarkan aspek psikologis?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian yang dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa pengertian remaja.
2. Untuk mengetahui apa saja aspek-aspek perkembangan pada masa remaja.
3. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri masa remaja.
4. Untuk mengetahui bagaimana tugas-tugas perkembangan remaja berdasarkan aspek psikologis..
D. Kegunaan Penelitian
Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi :
1. Kepala Sekolah
Sebagai salah satu cerminan dalam mengembangkan lembaga pendidikan dengan mengetahui kehidupan remaja pada masa sekarang.
2. Civitas Akademika
Sebagai pijakan persepsi untuk meningkatkan profesionalitas dalam melakukan aktifitas kependidikan yang mengarah pada pribadi manusia utuh (ranah kognisi, afeksi, dan psikomotori).
3. Peneliti
Sebagai bahan informasi, pengalaman dan gambaran aplikasi sebagai pemilihan metode pembelajaran pada SMAN 1 Mojosari Mojokerto.


E. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
Jenis penelitian dalam observasi ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, karena pada dasarnya penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif-induktif, yaitu suatu pendekatan yang berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh kebenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan.
Menurut Bagdan dan Taylor (975 : 5) metode kualitatif yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati (Lexij Moleong, 2002 : 3)
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus yaitu jenis penelitian yang mengkaji secara mendalam mengenai kasus tertentu yang hasilnya merupakan gambaran lengkap, terorganisir mengenai kasus. Sedangkan pendekatannya menggunakan pendekatan empirik rasional, artinya data-data yang diperoleh dikumpulkan sesuai dengan tujuan yang diinginkan untuk disusun kesimpulan sebagai hasil penelitian.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi yang digunakan peneliti untuk menunjang ini adalah SMAN 1 Mojosari Mojokerto.
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah orang yang mampu memberikan informasi tentang situasi, kondisi dan latar penelitian. Dalam penelitian ini subyek penelitian adalah kepala sekolah madrasah, waka kurikulum, waka sarana prasarana, serta pihak yang terkait secara random sampling. Sedangkan pengertian random sampling adalah teknik pengumpulan sampel, dimana semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.

BAB II
KAJIAN TEORITIS
1. Pengertian Remaja
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity. Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.
Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.
Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.
Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.
Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak.
Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan. Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi abstrak. Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan Papalia dan Olds (2001), yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan kognitif, dan (3) perkembangan kepribadian dan sosial.
2. Aspek-aspek perkembangan pada masa remaja
• Perkembangan Fisik
Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif.
• Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal.
Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan. Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.
Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan.
Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme . Yang dimaksud dengan egosentrisme di sini adalah “ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain”. Elkind (dalam Beyth-Marom et al., 1993; dalam Papalia & Olds, 2001) mengungkapkan salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme yang dikenal dengan istilah personal fabel.
Personal fabel adalah “suatu cerita yang kita katakan pada diri kita sendiri mengenai diri kita sendiri, tetapi [cerita] itu tidaklah benar” . Kata fabel berarti cerita rekaan yang tidak berdasarkan fakta, biasanya dengan tokoh-tokoh hewan. Personal fabel biasanya berisi keyakinan bahwa diri seseorang adalah unik dan memiliki karakteristik khusus yang hebat, yang diyakini benar adanya tanpa menyadari sudut pandang orang lain dan fakta sebenarnya.
Personal fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh hukum alam. Belief egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri [self-destructive] oleh remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara magis terlindung dari bahaya. Misalnya seorang remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak mungkin hamil [karena perilaku seksual yang dilakukannya], atau seorang remaja pria berpikir bahwa ia tidak akan sampai meninggal dunia di jalan raya [saat mengendarai mobil], atau remaja yang mencoba-coba obat terlarang [drugs] berpikir bahwa ia tidak akan mengalami kecanduan. Remaja biasanya menganggap bahwa hal-hal itu hanya terjadi pada orang lain, bukan pada dirinya.
Pendapat Elkind bahwa remaja memiliki semacam perasaan invulnerability yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri, merupakan kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan perilaku berisiko yang dilakukan remaja (Beyth-Marom, dkk., 1993). Umumnya dikemukakan bahwa remaja biasanya dipandang memiliki keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.
Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian membuktikan bahwa ternyata baik remaja maupun orang dewasa memiliki kemungkinan yang sama untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang berisiko merusak diri (self-destructive). Mereka juga mengemukakan adanya derajat yang sama antara remaja dan orang dewasa dalam mempersepsi self-invulnerability. Dengan demikian, kecenderungan melakukan perilaku berisiko dan kecenderungan mempersepsi diri invulnerable menurut Beyth-Marom, dkk., pada remaja dan orang dewasa adalah sama.



• Perkembangan Kepribadian dan Sosial
Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup.
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua. Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman . Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.
Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya.
Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya, mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya.
Adapun berbagai tuntutan psikologis yang muncul di tahap remaja adalah:
• Remaja dapat mnerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif
• Remaja dapat memeroleh kebebasan emosional dari orang tua
• Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin
• Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri
• Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma
3. Ciri-ciri Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja:
• Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.
• Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
• Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
• Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
• Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
Sedangkan ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1992), antara lain :
1. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
2. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
5. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut.
6. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiridan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
7. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.
Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab.
Selain itu, secara periodik masa remaja dapat dibagi dalam dua periode yaitu:
1. Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak – kanak ke masa awal pubertas. Cirinya:
• Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
• Anak mulai bersikap kritis
2. Masa Puberstas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:
• Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
• Memperhatikan penampilan
• Sikapnya tidak menentu/plin – plan
• Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
4. Tugas Perkembangan Remaja
Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst dalam Gunarsa (1991) antara lain :
1. Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan.
2. Memperoleh peranan sosial.
3. Menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif.
4. Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya.
5. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri.
6. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan.
7. Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga.
8. Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup.
Erikson (1968, dalam Papalia, Olds & Feldman, 2001) mengatakan bahwa tugas utama remaja adalah menghadapi identity versus identity confusion, yang merupakan krisis ke-5 dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya. Tugas perkembangan ini bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya remaja dapat menjadi orang dewasa yang unik dengan sense of self yang koheren dan peran yang bernilai di masyarakat.
Untuk menyelesaikan krisis ini remaja harus berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat, apakah nantinya ia akan berhasil atau gagal yang pada akhirnya menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan menentukan peran, sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya.
Sedangkan, Menurut Mappiare (1982) tugas-tugas perkembangan remaja:
1. Menerima keadaan fisiknya.
2. Menjalin hubungan baru dengan teman-teman sebaya baik sesama atau lawan jenis.
3. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tuanya dan orang dewasa lainnya.
4. Memperoleh kepastian dalam hal kebebasan pengaturan ekonomis.
5. Memilih dan mempersiapkan diri ke arah suatu pekerjaan.
6. Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dan konsep-konsep intelektual yang diperlukan dalam hidup sebagai warga negara yang terpuji.
7. Menginginkan dan dapat berperilaku yang diperbolehkan oleh masyarakat.
8. Mempersiapkan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga.
9. Menyusun nilai-nilai kata hati yang sesuai dengan gambaran dunia, yang diperoleh dari ilmu pengetahuan yang memadai.







BAB III
PENYAJIAN DATA
1. Dokumentasi



Gambar di atas adalah hasil dokumentasi dari hasil penelitian yang dilakukan di sekolah SMAN 1 Mojosari Mojokerto.


2. Karakteristik perilaku dan pribadi pada masa remaja
Berdasarkan hasil pengamatan, karakteristik perilaku dan pribadi pada masa remaja terbagi ke dalam bagian dua kelompok yaitu remaja awal (11-13 s.d. 14-15 tahun) dan remaja akhir (14-16 s.d. 18-20 tahun) meliputi aspek : fisik, psikomotor, bahasa, kognitif, sosial, moralitas, keagamaan, konatif, emosi afektif dan kepribadian, sebagai berikut:
Remaja Awal
(11-13 Th s.d.14-15 Th) Remaja Akhir
(14-16 Th.s.d.18-20 Th)
Fisik
Laju perkembangan secara umum berlangsung pesat Laju perkembangan secara umum kembali menurun, sangat lambat
Proporsi ukuran tinggi dan berat badan sering- kali kurang seimbang Proporsi ukuran tinggi dan berat badan lebih seimbang mendekati kekuatan orang dewasa
Munculnya ciri-ciri sekunder (tumbul bulu pada pubic region, otot mengembang pada bagian – bagian tertentu), disertai mulai aktifnya sekresi kelenjar jenis kelamin (menstruasi pada wanita dan day dreaming pada laki-laki Siap berfungsinya organ-organ reproduktif seperti pada orang dewasa
Psikomotor
Gerak – gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan Gerak gerik mulai mantap
Aktif dalam berbagai jenis cabang permainan Jenis dan jumlah cabang permainan lebih selektif dan terbatas pada keterampilan yang menunjang kepada persiapan kerja
Bahasa
Berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik mempelajari bahasa asing Lebih memantapkan diri pada bahasa asing tertentu yang dipilihnya
Menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung segi erotik, fantastik dan estetik Menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung nilai-nilai filosofis, ethis, religius
Perilaku Kognitif
Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (asosiasi, diferen-siasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak, meskipun relatif terbatas Sudah mampu meng-operasikan kaidah-kaidah logika formal disertai kemampuan membuat generalisasi yang lebih bersifat konklusif dan komprehensif
Kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang terpesat Tercapainya titik puncak kedewasaan bahkan mungkin mapan (plateau) yang suatu saat (usia 50-60) menjadi deklinasi
Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menujukkan kecenderungan-kecende- rungan yang lebih jelas Kecenderungan bakat tertentu mencapai titik puncak dan kemantapannya
Perilaku Sosial
Diawali dengan kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dan keinginan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer Bergaul dengan jumlah teman yang lebih terbatas dan selektif dan lebih lama (teman dekat)
Adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi Kebergantungan kepada kelompok sebaya berangsur fleksibel, kecuali dengan teman dekat pilihannya yang banyak memiliki kesamaan minat
Moralitas
Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua Sudah dapat memisahkan antara sistem nilai – nilai atau normatif yang universal dari para pendukungnya yang mungkin dapat ber-buat keliru atau kesalahan
Dengan sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para pendukungnya Sudah berangsur dapat menentukan dan menilai tindakannya sendiri atas norma atau sistem nilai yang dipilih dan dianutnya sesuai dengan hati nuraninya
Mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya Mulai dapat memelihara jarak dan batas-batas kebebasan- nya mana yang harus dirundingkan dengan orang tuanya
Perilaku Keagamaan
Mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertanyakan secara kritis dan skeptic Eksistensi dan sifat kemurah-an dan keadilan Tuhan mulai dipahamkan dan dihayati menurut sistem kepercayaan atau agama yang dianutnya
Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari mulai dilakukan atas dasar kesadaran dan pertimbangan hati nuraninya sendiri secara tulus ikhlas
Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup Mulai menemukan pegangan hidup
Konatif, Emosi, Afektif dan Kepribadian
Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri dan aktualisasi diri) mulai menunjukkan arah kecenderungannya Sudah menunjukkan arah kecenderungan tertentu yang akan mewarnai pola dasar kepribadiannya
Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labil dan belum terkendali seperti pernya-taan marah, gembira atau kesedihannya masih dapat berubah-ubah dan silih berganti dalam yang cepat Reaksi-reaksi dan ekspresi emosinalnya tampak mulai terkendali dan dapat menguasai dirinya
Kecenderungan-kecenderungan arah sikap nilai mulai tampak (teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius), meski masih dalam taraf eksplorasi dan mencoba-coba Kecenderungan titik berat ke arah sikap nilai tertentu sudah mulai jelas seperti yang akan ditunjukkan oleh kecenderungan minat dan pilihan karier atau pendidikan lanjutannya; yang juga akan memberi warna kepada tipe kepribadiannya
Merupakan masa kritis dalam rangka meng-hadapi krisis identitasnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psiko-sosialnya, yang akan membentuk kepribadiannnya Kalau kondisi psikososialnya menunjang secara positif maka mulai tampak dan ditemukan identitas kepriba-diannya yang relatif definitif yang akan mewarnai hidupnya sampai masa dewasa

3. Tabel Pengamatan
No Tanggal Pengamatan
1.
2.
3.

4.

5. Senin, 2 November 2009
Senin, 9 November 2009
Sabtu, 14 November 2009

Kamis, 19 November 2009
Jum’at, 27 November 2009 Observasi fisik
Observasi kognitif
Observasi psikososial dalam kaitan hubungan dengan orang tua
Observasi psikososial dalam kaitan hubungan dengan teman sebaya
Observasi perkembangan seksualitas
1. Uraian Pengamatan
1. Pertemuan I (Senin, 2 November 2009)
Observasi terhadap subjek dilakukan pada hari Senin 5 Januari 2009. Ketika observer melakukan observasi, subjek sedang duduk mengamati sesuatu dan ketika melihatku dia tersenyum. Subjek yang telah memasuki usia 18 tahun hampir 19 tahun tersebut memiliki tinggi badan sekitar 156 cm dengan berat badan sekitar 56 kg. Tubuh subjek berkembang dengan baik, mulai kepala, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya. Tidak nampak bagian-bagian yang cacat. Namun, menurut pengakuan subjek, subjek mengalami gangguan rahim dan pernah tidak mengalami menstruasi hingga 4 bulan. Akan tetapi, subjek telah memeriksakan diri ke dokter dan telah mendapat perawatan. Selain itu, wajah subjek dipenuhi jerawat dan badannya termasuk tangannya agak gemuk. Bagian jari-jari tangannya juga ada beberapa yang bengkok, misalnya jari kelingking dan jari tengah. Namun, observer meneliti subjek sangat menerima keadaan fisiknya bahkan senantiasa bersyukur atasnya, dengan kata lain, hal tersebut tidak mempengaruhi kondisi psikologinya.
2. Pertemuan II (Senin, 9 November 2009)
Observasi dilakukan pada hari senin, 12 Januari 2009, ketika subjek sedang duduk menunggu asisten dan pada waktu terpisah-pisah. Pada waktu itu subjek memulai pembicaraan dan bertanya kepada observer “ Asiyah, kenapa pilih ilmu gizi?” Pertanyaan subjekpun observer jawab sesuai dengan pengalaman observer, kemudian observerpun juga bertanya dengan pertanyaan yang sama dan hal ini terkait dengan perkembangan kognitif khususnya perkembangan pengambilan keputusan dan orientasi masa depan. Subjekpun juga menjawab dengan menceritakan kisahnya mulai dari ketika dia mengambil keputusan untuk masuk Universitas Hasanuddin, prodi ilmu gizi, hingga tanggapannya ketika melaksanakan aktivitas di ilmu gizi. Subjek menceritakan dia mengambil keputusan dengan meminta pertimbangan banyak orang, terutama kedua orang tuanya, teman-temannya dan tentornya. Subjek juga menceritakan kegagalannya selama dua kali tes, subjek menerima kegagalan dengan manajemen diri yang sangat baik, keyakinannya akan orientasi masa depan yang ditentukan oleh Yang Maha Menentukan membuatnya menerima dengan lapang dada. Subjek mengatakan “ asal sudah dibarengi dengan usaha maksimal kita tinggal menunggu hasil dari Yang Maha Menentukan, apapun yang diberikan olehNya itulah yang terbaik.” Ketika diterima di prodi ilmu gizi pada tes ketiga, subjek mengatakan dirinya, keluarga serta senior-seniornya sangat senang sebab tidak semua anak-anak di daerahnya bisa kuliah di universitas terbaik se- Indonesia Timur. Observer pada waktu yang berbeda juga meneliti subjek pada perkembangan pengambilan keputusan untuk mengikuti kegiatan. Dalam hal pengambilan keputusan ini subjek selalu bertanya kepada senior-senior yang paham agama terutama paham aqidah dan syari’ah. Misalnya sewaktu ada kegiatan Kadarzi ( Kaderisasi Gizi ) subjek sangat teliti menanyakan kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan pada acara tersebut, siapa pematerinya, apa tujuannya, dll. Setelah mengetahui semua informasi itu maka subjekpun mendiskusikan kepada senior-senior yang lebih berpengalaman untuk kemudian mengambil keputusan.
Observer juga pernah meneliti orientasi masa depan subjek, pada waktu itu subjek sedang berada di musholla, subjek mengatakan ingin menjadi ahli gizi di daerahnya yakni Raha, Sulawesi Tenggara, mengingat ahli gizi disana sangat kurang.
3. Pertemuan III (Senin, 9 November 2009)
Observer berkunjung ke rumah kos subjek karena pada waktu itu observer ingin konsultasi sesuatu. Pada waktu itu subjek mendapatkan telepon dari orang tuanya dan pada waktu itu subjek diam lama dengan muka yang musam seakan-akan marah lalu menutup teleponnya. Beberapa menit kemudian orang tuanya dalam hal ini ayahnya menelpon lagi dan pada waktu itu subjek telah tenang dan menjawab pertanyaan ayahnya dengan tenang. Pada waktu itu observerpun tahu kalau orang tua subjek telah berpisah (bercerai) dan subjek menutup teleponnya karena ayahnya sedang membicarakan kejelekan dari ibunya dan subjek tidak suka, tetapi dalam hal ini selama observer meneliti subjek tetap tegar menghadapi hal tersebut. Bahkan tidak pernah mengeluhkan permasalahannya meskipun observer atau teman-teman lain membicarakan sesuatu yang berkaitan dengan hal tersebut. Dalam hal ini perkembangan subjek sangat baik termasuk perkembangan psikologi meskipun keterikatan antara subjek dengan orang tua lebih terbatas ketimbang remaja-remaja lainnya yang memiliki orang tua yang masih bersatu. Hal ini membuat observer menjadi sangat tertarik pada pembentukan kepribadian dari subjek, subjek tetap menjalani hidup dengan baik dan nyaris tidak pernah mengeluh. Justru kata-kata yang kerap kali ia lontarkan adalah “ Allah SWT selalu memberikan yang terbaik bagi hambaNya dan Asiyah bersyukurlah karena memiliki orang tua yang masih bersatu”. Meskipun subjek mengakui bahwa semenjak orang tuanya pisah, subjek semakin keras dalam hal ini ketika subjek telah memegang teguh sesuatu maka subjek tidak akan melepaskan pemahaman itu, namun hal itu ditutupi oleh sikap khas subjek yakni lemah-lembut. Subjek juga pernah mengatakan dalam waktu dan tempat yang lain bahwa menjadi anak pertama memiliki beban tersendiri karena orang tua termasuk ibu subjek selalu memberikan penekanan bahwa anak pertamalah harapan utama keluarga.
4. Pertemuan V (Kamis, 19 November 2009)
Teknik observasi yang dilakukan oleh observer adalah berinteraksi dengan subjek, dalam hal ini observer mencoba menghabiskan waktu seharian bersama subjek, dengan begitu observer dapat meneliti hubungan observer dengan orang lain yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Pagi harinya observer bersama subjek berjalan di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, menuju ke kerumunan teman-teman sekelas, pada waktu berjalan subjek tersenyum kepada wanita ( siapapun itu, dikenal maupun tidak dikenal ), dan tunduk atau menghindar pada laki-laki kecuali jika ada keperluan dalam hal ini masalah akademik. Pada waktu sampai di kerumunan subjek mengucapkan salam sambil berjabat tangan dengan teman-teman muslimah dan hanya bersalaman dibarengi senyumnya jika bertemu dengan teman-teman wanita yang bukan muslimah. Observer juga meneliti ketika subjek berinteraksi dengan beberapa teman, ada teman yang bertanya, subjek selalu menjawabnya dengan baik dengan nada yang lemah lembut. Subjek lebih memilih diam jika beberapa teman di sekitarnya membicarakan sesuatu yang tidak penting. Pernah suatu hari observer mengajak subjek ke rumah kos observer sembari menunggu praktikum. Dan pada waktu itu kebetulan observer kekurangan bahan laboratorium yang wajib dibawa oleh praktikan yakni tissue rol dan sebungkus sunlight, subjek waktu itu hanya kebagian waktu untuk respon, minggu depan laboratorium. Observer sangat panik padahal waktu sangat sempit, waktu itu subjek dengan suka rela memberikan alat dan bahan laboratoriumnya. Empat hari berlalu, observer berniat mengganti alat laboratorium yang telah dipinjam waktu itu, namun observer tersentak dengan perkataan subjek “ Saya sudah kumpul Asiyah, waktu itu walaupun hanya respon juga wajib mengumpulkan.” Akhirnya observer mengganti dengan uang, pada waktu itu observer mengatakan “ kenapa tidak bilang kawan, jadi waktu itu ambil dimana alatnya?” subjek hanya menjawab dengan senyum. Observer menilai subjek sangat baik dalam hal berinteraksi dengan teman sebayanya. Subjek senantiasa tersenyum saat berbicara atau bertatap muka, menginginkan yang terbaik bagi temannya, dan sikap rela berkorban yang jarang dimiliki oleh remaja pada umumnya, dll. Sikap subjek yang lemah lembut, sopan dan murah senyum membuat orang-orang disekelilingnya menjadi segan bahkan teman-teman laki-laki yang biasanya jahil dengan teman-teman wanita menjadi sangat sopan jika berhadapan dengan subjek, suatu pemandangan yang unik yang pernah observer temui.
5. Pertemuan VI (Jum’at, 27 November 2009)
Observer pada pertemuan ini ingin meneliti salah satu fenomena remaja yang menonjol yakni perkembangan seksualitas. Observer sering melihat subjek sangat menutup diri dari lawan jenis kecuali ayah dan adik-adiknya, namun observer tidak ingin langsung mengambil kesimpulan bahwa subjek tidak normal. Maka dari itu, observer meneliti mengapa subjek bersikap demikian. Observer melakukan wawancara mengenai hal tersebut dalam waktu yang relative singkat, observer memancing subjek dengan segala hal yang berhubungan dengan lawan jenis. Dan subjekpun seperti memahami kemudian menjawab pertanyaan observer dengan baik. Subjek menjawab kurang lebih seperti ini “ Allah SWT tidak pernah melarang hambaNya untuk jatuh cinta, namun untuk hal yang satu ini baiknya ditempatkan pada tempatnya yang benar sehingga cinta yang pada dasarnya suci tetap suci, pernikahan adalah wadah untuk memenuhi kebutuhan manusia yang satu itu, namun karena saya masih belum bisa menikah maka sayapun menjaga diri saya agar tidak terjebak dalam kasus percintaan semu yang tidak membuahkan manfaat bahkan hanya membuahkan penyesalan. Rasa suka timbul karena ada rangsangan, maka dari itu saya ingin menepis segala rangsangan yang bisa mengotori jiwa ini. Saya percaya kebutuhan seksualitas itu perlu tetapi segala kebutuhan bisa menjadi baik jika disalurkan dengan cara yang benar dan baik, lebih dari itu Alhamdulillah ayah melarang pergaulan bebas bagi anak perempuannya.” Observer sangat tersentak dengan pendapat ini, namun observer tidak berhenti untuk meneliti karena observasi mengenai hal yang satu inilah yang sangat menarik bagi observer. Pada hari yang lain observer kembali meneliti subjek dengan melakukan wawancara apakah subjek tidak depresi dengan sikapnya yang sangat membatasi diri. Subjekpun kembali menjawab dengan senyum “ Yang penting adalah bagaimana mengontrol diri, begitu banyak pekerjaan yang jauh lebih penting untuk dikerjakan sekarang misalnya belajar, berkumpul dengan orang-orang soleh, membuat acara-acara yang bermanfaat, membaca buku,dll daripada melampiaskan sesuatu yang bisa berujung kepada penyesalan, kalau jodoh itu urusan Allah, saya hanya tawakkal kepadaNya karena saya yakin segala yang diberikan olehNya itulah yang terbaik, termasuk pasangan hidup.” Kembali observer tersentak dengan pernyataan subjek. Observer tetap meneliti dengan melihat perilaku subjek, suatu hari subjek dengan senyuman khasnya pernah berkata kepada observer “ Suatu hari nanti kalau saya sudah menikah dan punya anak, saya ingin dipanggil dengan sebutan ummu hanifah dan saya ingin suami saya adalah seorang yang hanif ( berilmu )”. Subjek berkata seperti memandang ke langit-langit sambil tersenyum senang sesekali tersipu malu. Subjek juga mengatakan pengalaman kedua orang tuanya yang bercerai membuatnya mengambil pelajaran bahwa segala yang utama perlu dipertimbangkan dalam memilih pasangan hidup. Setelah itu subjek kembali tersenyum. Observer begitu mengagumi cara subjek mengontrol dirinya.













BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap subjek maupun orang-orang di sekitar subjek, maka dapat disimpulkan bahwa subjek berada dalam kondisi yang dikatakan normal. Mulai dari kondisi fisik yang tidak mengalami gangguan berarti begitupula dengan perkembangan kognitif meliputi perkembangan pengambilan keputusan dan perkembangan orientasi masa depan bahkan kondisi psikologi subjek sangat baik menerima resiko dalam pengambilan keputusan dan orientasi masa depan yang tidak sesuai dengan rencana sebelumnya.
Adapun perkembangan psikososial dalam hal ini perkembangan hubungan dengan orang tua, observer menyimpulkan meskipun orang tua subjek telah bercerai, kondisi psikologi subjek tergolong normal atau stabil, hal ini karena subjek selalu menyadari bahwa segala yang diberikan oleh Yang Maha Pencipta itulah yang terbaik.
Observer juga mengamati, subjek selalu mengambil pelajaran dari setiap peristiwa yang dialaminya. Perkembangan psikososial dalam hal ini perkembangan hubungan dengan teman sebaya, observer menyimpulkan subjek memiliki perkembangan psikososial yang sangat baik terkait dengan berinteraksi, subjek sangat sopan, murah senyum, dan lemah lembut. Hal ini memberikan pengaruh besar bagi orang-orang di sekitar subjek. Bahkan observer memiliki pengalaman unik dan menyimpulkan subjek memiliki sikap rela berkorban yang sangat elegan. Sikap subjek yang satu ini sangat jarang dimiliki oleh remaja pada umumnya yang memiliki egosentrisme. Selain itu, perkembangan seksualitas subjek menjadi hal yang paling menarik bagi observer.
Observer menyimpulkan perkembangan seksualitas observer normal bahkan subjek sangat pandai mengontrol dirinya agar tidak terjerumus dalam resiko-resiko yang sangat berbahaya ke depannya. Subjek tergolong tunduk dan patuh terhadap perintah Allah terutama rambu-rambu Allah mengenai tata cara pergaulan. Dan hasil aplikasi dari subjek, sangat baik dan nampak oleh observer subjek tidak merasa depresi justru subjek sangat senang dapat memikirkan atau mengerjakan yang lebih bermanfaat daripada sesuatu yang hanya berujung penyesalan.
Namun, secara umum dapat digambarkan bahwa subjek dalam keadaan normal dan menjalankan tugas perkembangan remaja dengan baik yakni menerima keadaan fisiknya, menjalin hubungan baru dengan teman-teman sebaya baik sesama atau lawan jenis bahkan subjek sangat pandai memberikan rambu-rambu dalam berinteraksi dengan lawan jenis sehingga lawan jenis menjadi segan, memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tuanya dan orang dewasa lainnya, memperoleh kepastian dalam hal kebebasan pengaturan ekonomis, memilih dan mempersiapkan diri ke arah suatu pekerjaan, mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dan konsep-konsep intelektual yang diperlukan dalam hidup sebagai warga negara yang terpuji, menginginkan dan dapat berperilaku yang diperbolehkan oleh masyarakat, mempersiapkan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga, menyusun nilai-nilai kata hati yang sesuai dengan gambaran dunia, yang diperoleh dari ilmu pengetahuan yang memadai.










DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.
Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rahayu, Siti Hadinoto, Monks, Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Pembagiannya, Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Mini, Rose A. Prianto, 2003, Perilaku Ana Usia Dini Kasus dan Pemecehannya, Yogyakarta: Kanisius.
Furchan Arief, Penelitian Dalam Pendidikan, 1982, Usaha Nasional: Surabaya
Moleong Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, 2007, PT. Remaja Rosdakarya: Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar